Monday, October 6, 2008

K U B U R A N

Oleh : K Suheimi

Kuburan umum Baqi yang kami lewati hari ini jum’at 20 September masih seperti dulu. Masih sebesar dan seluas dulu,. Tetap saja tak ada batu mejannya, seperti tanah lapang saja, tetap saja wanita tak boleh memasuki kuburan itu.

Saya amati di Madinah ini setiap selesai shalat selalu saja kita salat mait, melakukan shalat jenazah. Ada kira-kira 10 jenazah tiap harinya. Kalau di Masjidil haram lebih banyak lagi. Namun Kuburan itu masih saja seperti dulu sejak kuburan itu ada.

Padahal di kampong saya Tunggul hitam tempat kuburan umum kota Padang , sudah beberapa kali di perluas tetap saja penuh, saya khawatir satu saat kota saya itu di penuhui oleh kuburan orang mati. Dan selalu saja Kuburan ini jadi tempat yang dipermasalahkan.

Berbeda dengan di Arab, tempat perkuburan seperti nya aman-aman saja.

Dari oenjelasan yang saya terima. Kuburan di Baqi ini telah di patok dan di kali sedalam 1,5 meter dengan panjang 2 meter untuk masing-masing mayat. Di Beton samping-sampingnya dan bawahnya di biarkan pasir atau tanah yang akan menerima proses kehancuran mayat.

Mayat yang di masukkan dalam keadaan miring menghadap kiblat badan dan mukanya di sentuhkan ke tanah. Kemudian ditutup dengan penutup yang juga terbuat dari beton. Dalam waktu 6 bulan biasanya mayat ini hancur. Sehingga setelah 6 bulan lobang ini bias ditempati oleh mayat baru. Makanya di lobang itu tak didirikan batu mejan atau bangunan lain. Cuma pada lobang itu ada data-data bahwa dalam lobang ini telah di kuburkan sekian orang dengan namanya yang jelas.

Akibatnya Kuburan itu tak pernah penuh, berderet dan dapat geleran terus lobang-lobang yang akan diisi itu.

Memang kata orang Arab, didunia adalah tempat orang yang hidup. Orang yang berbuat dan berusaha, bukan tempat orang mati. Orang mati tempatnya di alam sana . Di khawatirkan kalau dunia ini ditempati juga oleh orang mati, maka akan sedikitlah lahan bagi orang yang hidup, kerna sudah di tempati oleh orang mati.

Lalu iseng saya Tanya. Bagaiman ziarah kubur dan mendo’a di kuburan ?. Ziarah itu bukan ke kubur, tapi ketempat-tempat bersejarah seperti bukit uhud, tempat meninggal dan di kuburnya 70 orang syuhada antara lain Hamzah. Itupun kita tak pernah tahu yang mana kuburan Hamzah, kerna tak ada tanda-tandanya.

Bertdo’a itu kata orang Arab itu lagi, jelas bukun di Kuburan, tapi berdo’a itu ketika kita shalat atau di Masjid. Maka kalau mendo’akan orang tua kita sebagusnya selesai shalat di Masjid. Bukan di Kubur, ulasnya lagi.

Sayapun mengangguk-angguk kerna dulu saya sering berdo’a di atas kuburan orang tua saya. Sedangkan rasul dan para sahabat dan ummat Islam berdo’a di Masjid. Do’akanlah orang tua atau otrang yang kita sayangi yang telah mendahului kita di Masjid , tidak di kubur ulasnya lagi.

Setiap kai penyelenggaraan mayat di Arab saya ingin mencontohnya. Kalau ada orang yang mati. Dibawa ke rumah sakit. Disana sudah ada penyelenggaranya. Mulai memandikan mengapani dan semuanya di bereskan disana. Tanpa menunggu-nungu dan tanpa di bawa lagi kerumah. Dari Rumah Sakit dibawa ke Masjid untuk di shalatkan kemudian di kuburkan. Selesai dan sederhana. Kematian dianggap hal yang wajar dan sangat sederhana.

Kemudian untuk menghibur sampai 3 malam orang berkunjung kerumah itu membawa makanan. Selama 3 hari itu yang di timpa kemalangan di istirahatkan dari pekerjaan ke pasar dan ke apur. Tidak memikirkan apa yang akan dimasak dan dengan apa di masak. Untuk memenuhui kebutuhan hidupnya, tetangga dan handai tolan yang menghantarkan makanan. Bisa juga hidangan yang tersedia itu disantap bersama.

Dengan penyelenggaraan mayat di Rumah sakit dan tidak di bawa ke Rumah. Di khawatirkan kalau di bawa ke rumah akan menularkan penyakit, atau kalau kalau di biarkan lama dia akan membusuk meneyebar kan bau yang tak sedap dan memenimbulkan fitnah,serta menebarkan penyakit.

Maka Islam dari awal-awalnya melaksanakan penyelenggaraaan mayat dengan cara yang sederhana, tanpa perlu ucapan berduka, tanpa perlu karangan bunga. Kerna semakin banyak karangan bungan semakin tinggi angka pembusukkan bunga itu dan semakin banyak penyakit yng bertebar dan semakin mahal penyelenggaraaan mayat. Alangkah baiknya dana- dana yang tak perlu itu di berikan pada anak yatim yang di tinggalkan.

Dan jika seseorang meninggal di satu tempat ada baiknya di kukubrkan di tempat dia meninggal agar segera dia menemui Tuhannya.

Dalam hati saya merenung. Jika kelak saya meninggal saya ingin dikubur seperti tata lakasna Islam seperti yang saya di lihat di Madinah dan Makkah ini

Medinah menjelang shalat Jumat 20 September 2008